Kaimana menjadi wilayah dua pertuanan yang masing-masing dipimpin oleh seorang raja. Dua pertuanan ini yaitu Namatota dan Kumisi atau disebut juga Sran.
- Anak Adat Suku Mbaham Protes Patok yang Dipasang Suku Madewana
- Bupati Kaimana Ajak Warga Deteksi Dini Kerawanan Pemilu 2024
- Dukung Kementerian Pendidikan, Bupati Kaimana Tetapkan Perbup Merdeka Belajar
Baca Juga
Wilayah Pertuanan Namatota meliputi Teluk Umar hingga Teluk Arguni. Pusat Pertuanan Namatota di Pulau Namatota. Pertuanan Kumisi berpusat di Pulau Adi, Distrik Buruway. Raja Kumisi kemudian memindahkan pemukiman ke Pulau Kilimala di timur Pulau Adi.
Kisah lisan menyebutkan dahulu pemukiman pertama berada di Pulau Adi. Namun karena diganggu oleh makhluk pemakan manusia yang meresahkan penduduk. Pada 1976, pemukiman kembali berpindah ke Pulau Adi hingga saat ini.
Peneliti Arkeologi BRIN, Hari Suroto menjelaskan meski hidup dalam kondisi modern, masyarakat Kaimana masih menghormati raja dan teguh memegang adat.
Raja sebagai pemangku hak ulayat dan hukum adat menjadi panutan. Titahnya menjadi hukum yang masih dipatuhi.
“Mayoritas penduduk di pesisir Kaimana beragama Islam. Menurut salah satu kisah lisan, tokoh pembawa Islam pertama kali ke Kaimana adalah Imam Dzikir,” jelas Hari, Jumat (3/11).
Imam Dzikir tinggal dan berdakwah di Borombouw pada 1405. Kemudian Imam Dzikir menetap di Pulau Adi dan mengajarkan Islam yang kemudian diterima oleh keluarga kerajaan.
Selain itu, penyebaran Islam di Kaimana juga melalui interaksi perdagangan dengan pedagang muslim dari Aceh, Arab, Ternate dan Tidore.
Pada 1898, agama Islam semakin banyak penganut di Kaimana setelah Naro'E menggantikan Nduvin menjadi Raja Kumisi dengan gelar Raja Sran Kaimana V.
Pada saat itu, Naro'E menikah dengan anak kepala suku di Kaimana. Akhirnya pengaruh Islam di Kaimana semakin luas.
Pengaruh budaya Islam terlihat dari pemakaian alat musik rebana, penggunaan sorban serta tradisi Islam lainnya.
- Kasus Baru HIV AIDS di Papua Barat Didominasi Milenial
- Bupati Fakfak Protes Pernyataan Bupati Mimika Terkait Pembangunan Smelter
- Anak Adat Suku Mbaham Protes Patok yang Dipasang Suku Madewana